Saat BI Umumkan Kenaikkan Suku Bunga, Ada Lima Dinamika Perubahan Global yang Cepat

Saat BI Umumkan Kenaikkan Suku Bunga, Ada Lima Dinamika Perubahan Global yang Cepat

Saat Bank Indonesia mengumumkan untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,00% , Gubernur Bank Indonesia sempat mengungkapkan 5 dinamika perubahan global.

1. Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan melemah dan disertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang semakin melebar. Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprakirakan sebesar 2,9% dan melambat menjadi 2,8% pada 2024 dengan kecenderungan risiko yang lebih rendah.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) pada 2023 masih tumbuh kuat terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik. Tahun depan ekonomi Amerika Serikat akan melambat. Sedangkan Tiongkok melambat dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi dan penurunan kinerja sektor properti. Tahun depan ekonomi AS akan melambat, China melambat, dan tahun depan divergensi akan melebar dan tahun 2025 menyempit.

2. Meningkatnya tensi ketegangan geopolitik mendorong harga energi dan pangan meningkat sehingga mengakibatkan tetap tingginya inflasi global. Hal ini juga berdampak menurunnya pertumbuhan ekonomi global.

3. Untuk mengendalikan inflasi, suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR), diprakirakan akan tetap bertahan tinggi. Dalam jangka waktu yang lebih lama (higher for longer).

Fed Funds Rate akan meningkat menjadi 4% di bulan December 2023. Diprakirakan tahun depan FFR akan naik diparuh pertama , baru akan turun diparuh kedua.

4. Kenaikan suku bunga global diperkirakan akan diikuti pada tenor jangka panjang dengan kenaikan yield obligasi Pemerintah negara maju, khususnya AS (US Treasury). Hal ini akibat peningkatan kebutuhan pembiayaan utang Pemerintah, dan kenaikan premi risiko jangka panjang (term-premia).

Perlu diketahui, term-premia adalah perbedaan antara suku bunga jangka panjang dan jangka pendek.

Jika term-premia meningkat, maka suku bunga jangka panjang juga meningkat karena kebutuhan pembayaran utang negara maju yang meningkat. Ini disebabkan utang pemerintah selama Covid khususnya di negara maju meningkat, utang fiskal tinggi.

5. Berbagai perkembangan tersebut mendorong pembalikan arus modal dari negara Emerging Market Economies (EMEs) ke negara maju. Dan ke aset yang lebih likuid, yang mengakibatkan dolar AS menguat secara tajam terhadap berbagai mata uang dunia.

Ketidakpastian ekonomi dan keuangan global semakin tinggi karena terjadi bersamaan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik. Dan karenanya memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global terhadap ketahanan ekonomi domestik di negara-negara EMEs, termasuk Indonesia.

[ VIBIZNEWS ]

Solverwp- WordPress Theme and Plugin