Harga minyak mentah WTI terus memperpanjang kenaikannya, rebound dari $76.00 sampai ke $80.00 menjadi pergerakan naik yang paling bullish (5.6%) sejak permulaan bulan Oktober. Dari segi fundamental, kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan dua faktor utama. Pertama data supply AS yang berkurang dan kedua sentimen pasar karena pesan ketua the Fed pada hari Rabu yang dovish yang membebani dollar AS secara luas sehingga mendorong naik harga minyak mentah yang berbasiskan USD. Selain itu, revisi situasi Covid di Cina juga memberikan dorongan naik terhadap harga minyak mentah WTI karena ada prospek kenaikan permintaan ke depannya.
Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?
Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $76.57, minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan kenaikan ke $80.30. Minyak mentah WTI sudah mulai mencoba bangkit dari sejak hari Senin yang naik ke $76.88. Pada hari Selasa melanjutkan kenaikannya ke $78.40, pada hari Rabu naik lagi ke $80.50, dan pada hari Kamis naik lagi ke $82.28 dengan masih tertekannya USD dan turunnya kasus baru harian Covid – 19 di Cina yang memicu optimisme di pasar. Namun pada hari Jumat terkoreksi turun ke $80.30 karena pembatasan harga atas minyak mentah Rusia.
Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS, hari Senin, berhasil bangkit dari tekanan bearish dan diperdagangkan di sekitar $76.88 per barel.
Minyak mentah WTI berhasil bangkit karena ada perkiraan dengan turunnya harga minyak mentah saat ini, tidak mustahil bagi OPEC+ untuk memangkas supply minyak mentah lagi besar lagi dari 2 juta barel per hari yang telah disepakati sebelumnya. Meskipun ada rumor pada akhir minggu lalu bahwa volume akan bertambah, namun hal ini tidak mungkin terjadi di tengah kondisi sekarang ini. Harapan ini telah memberikan kekuatan untuk harga minyak mentah WTI bangkit dari kerendahan 11 bulannya.
Pada jam perdagangan sesi Eropa sebelumnya, harga minyak mentah WTI sempat jatuh ke kerendahan baru 11 bulan di tahun 2022 di $74.00 di tengah gelombang keengganan terhadap resiko yang luas, ditambah lagi dengan ketakutan akan meningkatnya supply dan berkurangnya demand.
Berita – berita mengenai coronavirus dari Cina telah memaksa investor untuk mengambil sikap berhati-hati pada permulaan minggu yang baru. National Health Commission dari Cina melaporkan lebih dari 40.000 kasus baru terjadi pada hari Minggu yang lalu, membangkitkan keprihatinan atas kebijakan “zero-Covid” Cina yang membebani aktifitas ekonomi global.
Pasar di domain Asia menghadapi tekanan yang luarbiasa besar di tengah keresahan yang terjadi di Cina atas restriksi yang diberlakukan. Para individu datang ke jalan – jalan memprotes langkah-langkah restriktif atas Covid – 19.
Bangkitnya Covid – 19 di Cina telah berlangsung selama beberapa bulan dan sekarang para rumah tangga frustasi dan marah karena terus menerus berada di rumah tanpa penghasilan yang tetap untuk mengongkosi kebutuhan paling dasar. Para pemprotes membawa slogan “Demokrasi Bukan Diktator” yang bisa memicu resiko perang sipil.
Hal ini telah memicu tema enggan terhadap resiko di pasar global dan region Asia – Pacific menghadapi suasana yang sangat panas. Sementara itu bank-bank pemerintah Cina membeli saham-saham habis-habisan untuk menggerakkan pasar yang sudah babak belur.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS, hari Selasa, melanjutkan pergerakan naiknya dan diperdagangkan di sekitar $78.40 per barel.
Pada jam perdagangan sesi Asia hari Selasa pagi, minyak mentah WTI memperpanjang pemulihan pada hari Senin dari kerendahan tahunan ke ketinggian harian yang baru di $77.25.
Reboundnya harga komoditi minyak mentah bisa dihubungkan dengan munculnya optimisme di pasar dan juga spekulasi bahwa OPEC+ akan mengarah kepada pemotongan produksi yang lebih besar pada pertemuan berikutnya.
Selain itu, Uni Eropa yang masih harus terus berjuang untuk bisa mengumumkan pembatasan harga minyak atas ekspor minyak mentah Rusia membuat para pembeli energi di Eropa tetap penuh dengan pengharapan.
Turunnya kasus baru harian Covid – 19 dari puncak paling tinggi di 40,347 menjadi 38,645 kelihatannya telah memicu optimisme di pasar.
Sementara itu Reuters melaporkan bahwa Uni Eropa gagal mencapai kesepakatan pada hari Senin mengenai pembatasan harga atas ekspor minyak mentah Rusia dengan Polandia bersikeras meminta pembatasan harga harus ditetapkan lebih rendah daripada yang diusulkan oleh G7 untuk bisa memangkas kemampuan Moskow dalam membiayai invasi ke Ukraina.
Spekulasi bahwa pertemuan OPEC+ minggu ini kemungkinan mengarah kepada pemotongan produksi yang lebih rendah lagi dari yang telah disepakati sebelumnya telah memberikan harapan bagi para pembeli minyak mentah.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS, hari Rabu, melanjutkan pergerakan naiknya dan diperdagangkan di sekitar $80.50 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah WTI yang terjadi pada hari Senin pada saat harga minyak mentah WTI telah turun ke dekat $74.00 – kerendahan selama 11 bulan, berlanjut sampai kepada perdagangan hari Rabu, dimana minyak mentah WTI mendapatkan pembelian yang kuat.
Rally harga minyak mentah WTI belakangan ini antara lain disebabkan karena adanya tekanan yang signifikan terhadap dollar AS menjelang pidato dari ketua the Fed Powell.
Sementara itu, American Petroleum Institute (API) melaporkan turunnya penumpukan stok minyak mentah WTI untuk minggu yang berakhir pada tanggal 25 November juga menguatkan harga minyak mentah. Inventori minyak mentah turun sebanyak 7,85 juta barel. Ini adalah penurunan inventori minyak mentah ketiga berturut-turut yang dilaporkan oleh API yang telah menambah dorongan terhadap pergerakan naik harga minyak mentah WTI.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, telah meningkatkan kekuatiran dari sisi supply dengan mengatakan bahwa Rusia tidak akan memberikan minyaknya di bawah pembatasan harga. Hal ini juga mendorong naik harga minyak mentah WTI.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS, hari Kamis, melanjutkan pergerakan naiknya dan diperdagangkan di sekitar $82.28 per barel.
Harga minyak mentah WTI melanjutkan kenaikannya dengan ketakutan investor bahwa OPEC+ akan memangkas supply minyak mentah lebih jauh pada pertemuan hari minggu dan dilonggarkannya restriksi Covid di Cina menaikkan harapan akan lebih tingginya permintaan dari importir minyak mentah top dunia.
The Organization of the Petroleum Exporting Countries dan sekutunya termasuk Russia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan mengadakan pertemuan minggu ini pada tanggal 4 Desember.
Minyak mentah mendapatkan dukungan naik lebih jauh dengan melemahnya dollar AS setelah ketua Federal Reserve membuka pintu untuk memperlambat kecepatan kenaikan tingkat suku bunga the Fed. Setelah turun ke 106.30 pada jam perdagangan sesi Eropa, indeks dollar AS melanjutkan penurunannya ke 105.53 pada jam perdagangan sesi AS.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS, hari Jumat, kembali mengalami tekanan turun dan diperdagangkan di sekitar $80.30 per barel.
Penurunan harga minyak mentah WTI sebagian disebabkan karena pada jam perdagangan sesi Asia hari Jumat pagi, Reuters mengutip pernyataan dari seorang pejabat dari the Group of Seven Nations (G7) Price Cap Coalition, yang meng-update mengenai pembatasan harga atas minyak mentah Rusia.
Pejabat G7 ini mengatakan: “Kami sudah sangat sangat dekat dalam hal mencapai kesepakatan pembatasan harga atas, dari ekspor minyak mentah Rusia setinggi $60 per barel”
Berita ini memberikan tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI
Tekanan turun bertambah dengan berbalik menguatnya dollar AS segera setelah keluar laporan Non-Farm Payrolls bulan November.
Pergerakan Minggu Ini
Minggu ini harga minyak mentah masih akan dipengaruhi oleh faktor – faktor fundamental di atas ditambah lagi dengan hasil pertemuan OPEC+ pada hari Minggu.
OPEC+ mengadakan pertemuan pada hari Minggu tanggal 4 Desember untuk mendiskusikan kemungkinan mengubah kuota supply. Sampai saat ini ada rumor penambahan produksi, pemotongan dan tidak berubah. Kemungkinan tidak ada penambahan produksi dengan harga minyak mentah terus tertekan turun. OPEC+ juga kemungkinan tidak mau mengejutkan pasar dengan memangkas terus sampai akhir tahun dan kemungkinan akan mengambil lebih banyak data sebelum memutuskan pemangkasan lebih lanjut. Sementara itu, keputusan tidak berubah mungkin terjadi setelah mempertimbangkan faktor – faktor sebelumnya yang tidak akan menggerakkan harga terlalu jauh.
Selain itu hal yang bisa mempengaruhi harga minyak mentah minggu ini adalah keputusan sekitar pembatasan harga minyak dari Rusia. Pengumumannya direncanakan akan dilakukan pada tanggal 5 Desember namun sampai saat ini belum ada kesepakatan bulat diantara para anggota Uni Eropa. Informasi terbaru mengatakan bahwa harga akan dibatasi pada $60.00 per barel, turun dari sebelumnya $65 – 70 per barel.
Support & Resistance
Support” terdekat menunggu di $79.57 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $78.54 dan kemudian $76.90. “Resistance” yang terdekat menunggu di $81.60 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $82.60 dan kemudian $83.02.