Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) jatuh pada minggu lalu dan diperdagangkan di level yang terakhir terlihat pada bulan Desember 2021. Minyak mentah WTI diperdagangkan hanya sedikit di atas $70 per barel pada penutupan perdagangan hari Jumat minggu lalu, setelah sebelumnya sempat naik ke puncaknya di $81.71 per barel pada hari Senin minggu lalu. Penurunan harga minyak mentah WTI yang signifikan secara mingguan terjadi setelah Dewan Eropa bersama dengan negara – negara G-7 sepakat untuk membatasi harga minyak mentah Rusia dimulai dari sejak tanggal 5 Desember.
Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?
Setelah naik ke atas $80 dan diperdagangkan pada hari Kamis dua minggu lalu di $82.28, harga minyak mentah WTI mengakhiri perdagangan dua minggu lalu dengan arah menurun ke $80.30. Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $80.30, minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan melanjutkan penurunan menembus $80 dan mengarah ke $70 di sekitar $71.66. Penurunan harga minyak mentah WTI telah dimulai sejak hari Senin ke $79.30. Minyak mentah WTI terus turun tajam pada hari Selasa ke $76.4, hari Rabu ke $73.00 dan hari Kamis ke $71.65, karena ketakutan akan kebijakan pengetatan oleh the Fed yang ekstrim dan menguatnya dollar AS karena datangnya arus safe – haven. Pada hari Jumat, relatif tidak berubah di perdagangkan di sekitar $71.66.
Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Senin, sempat menguat dan diperdagangkan di sekitar $82.00 per barel. Namun dalam perdagangan selanjutnya harga minyak mentah WTI berbalik turun ke $79.30 karena dollar AS berbalik naik signifikan. Indeks dollar AS naik dari kerendahan lima bulan di bawah 104.20 ke 105.09.
Data Purchasing Manager’s Index (PMI) Jasa AS dari ISM membaik menjadi 56.5 pada bulan November dari 54.4 pada bulan Oktober, memberikan dorongan naik terhadap dollar AS.
Harga minyak mentah WTI mengalami rebound yang kuat ke dekat $81.63 pada jam perdagangan sesi Tokyo dan melanjutkan kenaikannya ke sekitar $82.14. Harga minyak mentah WTI mengalami pemulihan yang dramatis setelah terkoreksi turun ke level support di $80.00 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan oleh pembelian yang didukung oleh dilonggarkannya restriksi terhadap Covid – 19 di Cina setelah terjadi protes besar–besaran agar ekonomi dibuka kembali.
Hal ini meneguhkan proyeksi naiknya permintaan minyak mentah dengan pembukaan kembali ekonomi Cina memberikan indikasi tidak adanya restriksi terhadap pergerakan manusia, material dan mesin-mesin. Aktifitas ekonomi di Cina akan mulai bergerak naik dan akan menguatkan permintaan atas minyak mentah di negara pembeli minyak terbesar di dunia ini.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Selasa, melanjutkan penurunan ke $76.45 per barel.
Harga minyak mentah WTI mengalami tekanan turun yang berat di tengah ketakutan akan kebijakan pengetatan oleh the Fed yang ekstrim.
Saham-saham di Amerika Serikat menghadapi tekanan yang besar setelah dirilisnya angka PMI jasa AS oleh ISM yang menunjukkan bahwa ekonomi AS sedang dalam keadaan sehat, permintaan kuat dan Federal Reserve AS perlu melakukan kebijakan pengetatan yang ekstrim untuk menggerakkan perlambatan ekonomi.
Data Purchasing Manager’s Index (PMI) Jasa AS dari ISM membaik menjadi 56.5 pada bulan November dari 54.4 pada bulan Oktober, memberikan dorongan naik terhadap dollar AS.
Sektor jasa AS yang bagus ditambah dengan laporan employment AS yang juga bagus telah membangkitkan optimisme terhadap ekonomi AS yang memaksa bank sentral AS the Fed untuk melakukan kebijakan pengetatan yang agresif yang akan memukul perekonomian AS sehingga melambat.
Pasar saham Asia didominasi oleh keengganan terhadap resiko yang disebabkan oleh ketakutan yang baru akan kenaikan tingkat bunga oleh the Fed yang lebih besar pada pertemuan kebijakan moneter the Fed minggu depan.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Rabu, melanjutkan penurunan ke $73.00 per barel.
Harga minyak mentah WTI turun lebih dari 0.30% dalam perdagangan intraday ke dekat $74.25 pada awal perdagangan sesi Asia dan Eropa hari Rabu. Harga minyak mentah WTO telah mengalami penurunan empat hari berturut-turut ke kerendahan tahunan disebabkan karena menguatnya dollar AS dan ketakutan akan ekonomi yang memburuk.
Indeks dollar AS memperpanjang pemulihan dari ke rendahan lima bulan, yang dimulai dari awal minggu dan naik mendekati ketinggian pada hari Jumat minggu lalu di sekitar 105.60 dengan para eksekutif top dari bank utama AS menaikkan ketakutan akan perlambatan ekonomi global.
Indeks dollar AS diperkirakan akan melanjutkan kenaikannya dengan the Fed diperkirakan akan meneruskan kebijakan pengetatan yang keras untuk mengamankan ekonomi AS dari ketakutan akan inflasi dalam upah.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Kamis, melanjutkan penurunan ke $71.65 per barel.
Harga minyak mentah WTI jatuh ke level terendah dalam hampir satu tahun meskipun berita baik dari Cina mengatakan bahwa Cina melangkah turun dari kebijakan “zero-Covid”nya. Namun, para investor dan trader ketakutan terhadap melemahnya perekonomian.
Cina mengumumkan langkah pelonggaran yang baru pada hari Rabu. Kasus positip virus corona yang asymptomatic dan symptomatic ringan akan diijinkan dikarantina di rumah dan testing PCR masal di luar rumah sakit, menggunakan rumah dan sekolah akan ditinggalkan.
Namun, menjelang Federal Reserve akan menaikkan tingkat suku bunganya lagi ketika ada pertemuan komite kebijakan minggu depan, prospek akan terjadinya resesi di AS membebani minyak mentah.
Meskipun sudah diberlakukan sanksi terhadap minyak Rusia oleh negara-negara Eropa pada permulaan minggu ini, pasar lebih fokus kepada kejatuhan ekonomi dunia di tengah kebijakan moneter yang lebih ketat dari para bank sentral utama dunia.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Jumat, melanjutkan penurunan ke sekitar $71.66 per barel karena dollar AS berbalik menguat pada paruh kedua perdagangan hari Jumat.
Harga minyak mentah WTI sempat naik 1.08% dalam perdagangan intraday, membukukan keuntungan harian yang pertama kalinya dalam enam kali, dengan ketakutan karena ketegangan geopolitik ditambah dengan harapan akan lebih banyaknya permintaan minyak mentah dari Cina.
Dolar AS berada di bawah tekanan jual pada hari Kamis dengan matauang AS ini harus berjuang untuk mendapatkan permintaan di atmosfir pasar yang positip terhadap resiko. Selama jam perdagangan Eropa pada hari Jumat, indeks saham berjangka AS diperdagangkan naik sedikit pada hari itu, mengarah ke pembukaan yang positip atas indeks saham utama di Wall Street.
Namun pada paruh ke dua perdagangan hari Jumat, indeks dollar AS berbalik menguat sehingga menekan turun harga minyak mentah WTI.
Dalam perdagangan paruh ke dua hari Jumat, dollar AS berbalik menguat setelah munculnya data inflasi AS yang lebih panas daripada yang diperkirakan dan data Consumer Sentiment Index dari Universitas Michigan yang juga lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Universitas Michigan mengatakan angka pendahuluan dari Consumer Sentiment Index naik ke 59.1, turun dari angka revisi November di 56.8. Angka ini juga mengatasi yang diperkirakan dengan konsensus memperkirakan angka yang kurang lebih tidak berubah.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan Producer Price Index (PPI) naik 0.3% bulan lalu setelah angka bulan Oktober direvisi menjadi 0.3%. Angka yang keluar ini adalah lebih panas daripada yang diperkirakan dengan para ekonom memperkirakan kenaikan hanya sebesar 0.2%.
Laporan ini juga mengatakan bahwa inflasi tahunan naik 7.4%, juga lebih panas daripada yang diperkirakan. Konsensus memperkirakan inflasi tahunan naik hanya sebatas 7.2%.
Pergerakan Minggu Ini
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengusulkan paket sanksi ke Sembilan terhadap Rusia setelah sepakat dengan para partner G-7 untuk mengenakan pembatasan harga atas minyak Rusia pada awal bulan ini di $60 per barel. Harga minyak mentah turun pada minggu lalu, membebaskan sebagian tekanan atas biaya energi Eropa. Meskipun demikian, Moskow pasti telah melakukan antisipasi dengan menyiapkan respon atas sanksi terbaru, harga-harga akan bisa naik lagi, memanaskan tekanan inflasi atas area Euro.
Pergerakan harga minyak mentah WTI juga akan sangat dipengaruhi oleh laporan bulanan OPEC mengenai pasar minyak (OPEC Monthly Oil Market Report) yang akan keluar pada hari Selasa.
Selain itu hal kunci di luar pasar minyak yang bisa menggerakkan harga minyak mentah WTI adalah pergerakan dari harga dollar AS dengan the Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter pada hari Kamis dini hari, minggu ini.
The Fed akan mengumumkan kenaikan tingkat bunga yang berikutnya pada hari Kamis dini hari, minggu ini, dengan pasar memperkirakan kecepatan pengetatan diperlambat ke 50 bps dari sebelumnya 75 bps.
Namun melambatnya kecepatan pengetatan tidak berarti bank sentral AS sedang berpindah dari rencananya. Ketua the Fed Jerome Powell telah memberikan peringatan bahwa tingkat suku bunga AS akan harus tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Investor akan menaruh perhatian dengan seksama terhadap “dot plot” the Fed dan proyeksi ekonomi yang terbaru dan bahasa yang digunakan oleh Powell selama konferensi pers.
Support & Resistance
Support” terdekat menunggu di $71.00 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $70.76 dan kemudian $69.47. “Resistance” yang terdekat menunggu di $72.54 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $73.34 dan kemudian $74.63. (VIBIZNEWS)