Harga minyak naik pada hari Jumat setelah bergerak liar sepanjang minggu saat pasar menimbang pengetatan pasokan dan ketidakpastian atas permintaan, dengan fokus saat ini bergeser ke rapat Federal Reserve minggu depan.
Harga minyak sebagian besar tampaknya tidak banyak berubah untuk minggu ini setelah alami serangkaian sesi yang bergejolak. Namun, harga masih mendekati level tertinggi 10 minggu yang dicapai pada awal bulan ini, karena prospek pasokan global yang lebih ketat tampaknya telah memberikan dasar pasar.
Namun kehati-hatian atas rapat Fed yang akan datang masih menghalangi kenaikan besar di pasar minyak, terutama karena dolar rebound di tengah penentuan posisi untuk rapat tersebut. Greenback minggu ini naik tajam dari level terendah 15 bulan yang dicapai pada awal Juli.
Minyak Brent naik 0,3% ke $79,87 per barel, menjaga agar level bullish $80 tetap terlihat, sementara minyak WTI naik 0,3% menjadi $75,89 per barel pukul 08.22 WIB.
Rapat Fed ditunggu, pasar amati potensi jeda
Sementara The Fed luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ketika mengakhiri rapat dua hari pada hari Rabu setempat, pasar mengamati sinyal bahwa bank sentral berencana untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya dan mempertahankan suku bunga sebesar 5,5% untuk sisa tahun ini.
Potensi jeda The Fed, menyusul inflasi AS yang lebih lemah, telah memicu penguatan tajam harga minyak di awal bulan Juli, karena dolar melemah. Setiap sinyal dovish dari bank sentral dapat mendorong lebih banyak keuntungan di pasar minyak mentah.
Tetapi dengan suku bunga AS yang kemungkinan akan tetap lebih tinggi lebih lama, pasar juga khawatir bahwa kondisi ekonomi global akan memburuk pada paruh kedua tahun 2023, yang berpotensi merugikan permintaan minyak.
Stimulus China dan pengetatan pasokan menjadi fokus
Harga minyak juga mendapat dukungan dari spekulasi bahwa China – negara importir minyak terbesar di dunia – akan meluncurkan langkah stimulus lanjutan untuk menopang pemulihan ekonomi yang melambat.
Data yang dirilis awal minggu ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi China melambat tajam pada kuartal kedua, menarik janji dukungan fiskal yang lebih besar dari para pejabat pemerintah.
Tetapi negara ini juga mengimpor minyak mentah mendekati rekor hingga paruh pertama tahun 2023, dengan permintaan kilang yang tetap kuat. Di sisi lain, konsumsi bahan bakar China yang lesu telah menjadi sumber kecemasan bagi pasar minyak mentah.
Di sisi pasokan, produksi yang lebih rendah di Arab Saudi dan Rusia isyarat pasar minyak yang lebih ketat pada paruh kedua tahun 2023, yang menurut para analis kemungkinan besar akan membuat harga minyak tetap terbantu.
( INVESTING )