Harga minyak naik di perdagangan Asia hari Senin (25/09), menguat setelah minggu negatif pertama dalam empat minggu terakhir dalam potensi pasokan yang lebih ketat sebagian besar imbangi kekhawatiran atas potensi turunnya permintaan.
Harga minyak berakhir pekan lalu turun sekitar 0,8%, terutama di bawah tekanan pesan hawkish dari Federal Reserve lantaran bank sentral AS proyeksikan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi. Penguatan dolar juga membebani, saat greenback mencapai level puncaknya dalam enam bulan.
Namun, kerugian masih dibatasi oleh prospek pasokan yang lebih ketat, terutama setelah Rusia menangguhkan sebagian besar ekspor bahan bakar, dalam upaya untuk mengatasi naiknya harga bensin lokal.
Meskipun Moskow mengatakan bahwa langkah ini bersifat sementara, hal itu masih diperkirakan akan mengetatkan pasar minyak secara substansial dalam beberapa minggu mendatang, mengingat bahwa Rusia dan Arab Saudi juga memangkas produksi sebanyak 1,3 juta barel per hari untuk sisa tahun ini. Pemangkasan produksi tersebut memicu rally minyak lebih dari 15% sepanjang bulan lalu, dan diperkirakan akan membuat minyak diperdagangkan antara $90 dan $100 per barel selama sisa tahun ini.
Minyak Brent naik 0,3% menjadi $92,22 per barel, sementara minyak WTI naik 0,3% ke $90,30 per barel pukul 07.19 WIB. Keduanya turun dari level tertinggi 10 bulan minggu lalu.
Data inflasi ditunggu, pasar khawatir lonjakan harga minyak
Pasar kini menunggu serangkaian data ekonomi utama minggu ini, dengan data inflasi dari Singapura, Australia, Jerman dan Jepang yang akan dirilis minggu ini. Data tersebut, yang akan dirilis bulan September, muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa naiknya harga minyak bisa memicu naiknya inflasi, yang akan menimbulkan lebih banyak langkah hawkish dari bank-bank sentral global.
Angka-angka inflasi untuk bulan Agustus dari sejumlah negara besar menunjukkan inflasi sekali lagi meningkat tahun ini, dengan harga-harga bahan bakar mempengaruhi biaya hidup yang lebih tinggi. The Fed juga telah menyatakan kekhawatirannya atas skenario seperti ini dalam rapat minggu lalu.
Selain data inflasi, fokus minggu ini juga tertuju kepada pidato dari beberapa anggota The Fed – terutama Ketua Jerome Powell pada hari Jumat. Powell diperkirakan akan menegaskan kembali sikap suku bunga bank sentral lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan dapat memberikan lebih banyak wawasan mengenai peningkatan inflasi baru-baru ini.
PMI China segera rilis, harapan stimulus masih berlanjut
Pasar minyak juga mendapat dukungan dari prospek langkah stimulus lanjutan di China, negara importir minyak terbesar di dunia.
Laporan-laporan minggu lalu menunjukkan bahwa negara ini berencana untuk melonggarkan lebih lanjut hukum-hukum terhadap investasi asing, dan juga memperbaiki kondisi pinjaman dan likuiditas untuk sektor properti.
Fokus minggu ini terutama pada data purchasing managers’ index (PMI) untuk bulan September, setelah PMI bulan Agustus memperlihatkan beberapa tanda-tanda perbaikan, terutama di sektor manajemen.
[ INVESTING ]