Harga minyak naik Selasa (02/02) pagi lantaran kuatnya ekspektasi pemulihan ekonomi global dari COVID-19 memacu harapan pemulihan permintaan bahan bakar.
Harga minyak Brent naik 0,98% ke $56,88 per barel menurut data Investing.com dan harga minyak WTI naik 1,03% di $54,10 per barel pukul 11.19 WIB.
Di sisi produksi, Saudi Aramco (SE:2222) memperkirakan bahwa permintaan akan kembali ke level sebelum kemunculan COVID-19 pada tahun ini, menambahkan bahwa mereka yakin pandemi terburuk sekarang sudah dilewati.
Sementara Royal Dutch Shell membeli lima kargo minyak mentah dari Laut Utara dan menawar tujuh kargo lagi pada hari Senin. Langkah tersebut dipandang sebagai ‘serangan’ di pasar minyak fisik Laut Utara karena permainan perdagangan yang kuat.
Pembelian Shell adalah jumlah kargo terbanyak dari nilai tolok ukur dalam satu hari selama sepuluh tahun terakhir di jendela harga S&P Global Platts. Itu juga terjadi di tengah tanda-tanda pengetatan kontrak berjangka Brent lantaran Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya, atau OPEC+, melanjutkan pemotongan produksi.
Kontrak berjangka Brent juga menunjukkan tanda-tanda kemunduran di mana kontrak bulan kedua yang paling mahal dibandingkan sebulan kemudian dalam lebih dari setahun.
“Pasar pasti akan melihat kontrak pasokan, dengan asumsi OPEC tidak segera bergerak untuk mengisi kesenjangan … ini adalah musim peningkatan kembali yang besar, dan pada dasarnya kita memulai musim peningkatan kembali sekarang,” wakil presiden eksekutif Confluence Investment Management Bill O’Grady menyampaikan kepada Bloomberg.
Namun, prospek bahan bakar transportasi di Asia semakin memburuk, karena munculnya kembali kasus COVID-19 di wilayah tersebut mendorong langkah-langkah pembatasan seperti tindakan penguncian. Hal ini juga kemungkinan akan memacu lebih banyak ekspor solar dan gasolin dari China, negara importir bahan bakar terbesar di dunia.
“Sulit untuk melihat apakah kenaikan harga hari ini akan dipertahankan atau tidak … apa yang kami lihat adalah pasar akan mendapatkan reli yang sesuai,” kata mitra senior Grup Riset Komoditas Andrew Lebow kepada Bloomberg.
Sementara itu, Komite Teknikal Gabungan OPEC+ akan mempresentasikan peninjaunnya kepada Komite Pemantau Kementerian Gabungan (JMMC) yang akan bertemu pada hari Rabu.
Fokusnya adalah pada berapa banyak pasokan yang akan ditambahkan ke pasar setelah OPEC memutuskan untuk mempertahankan produksi tidak berubah pada Februari dan Maret selama pertemuan Januari. Meskipun produksi minyak mentah ditingkatkan seperti yang disepakati pada bulan Januari, perubahan bulanan hampir dua pertiga dari jumlah yang dijadwalkan karena gangguan di Nigeria dan Libya yang mengimbangi ekspor dari kelompok eksportir Teluk Persia.
Investor juga menunggu data pasokan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute, yang akan diumumkan pada sesi AS hari ini.