Dolar AS beranjak naik di awal perdagangan Eropa Selasa petang, melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya setelah data jasa AS yang kuat, sementara euro masih turun bahkan ketika angka produksi industri Jerman mengesankan.
Pukul 14.55 WIB, Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1% di 105,312, setelah menguat 0,7% pada hari Senin, tingkat terbesar sejak 21 November silam.
Dolar AS menguat pada hari Senin pasca PMI non-manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) tanpa diduga meningkat, mengindikasikan sektor jasa dominan di negara itu tetap tangguh pada bulan November bahkan saat Federal Reserve secara agresif menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi di tingkat tertinggi dalam sejarah.
Hal ini menyusul penciptaan lapangan kerja lebih kuat dari yang diperkirakan pada hari Jumat, dan menambah kekhawatiran bahwa bank sentral AS akan diberikan peluang untuk melanjutkan kenaikan suku bunga 75 basis poin dalam rapat kelima berturut-turut minggu depan.
Dolar AS telah turun 1,3% minggu lalu setelah pidato dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan penurunan laju kenaikan suku bunga, sedangkan sentimen risiko mendapat dorongan oleh tanda-tanda bahwa pihak berwenang China melonggarkan pembatasan mobilitas COVID yang ketat.
Data ekonomi AS sepi pada hari Selasa dan pengambil kebijakan Federal Reserve kini memasuki masa tenang seperti biasa menjelang rapat kebijakan terakhirnya untuk tahun 2022 minggu depan. Jadi range perdagangan bisa ketat sampai pengumuman data inflasi harga produsen AS hari Jumat untuk mencari petunjuk tentang seberapa hawkish langkah bank sentral.
EUR/USD turun 0,1% di 1,0480, melanjutkan penurunan sebesar 0,5% meskipun industrial orders Jerman naik 0,8% dalam sebulan di bulan Oktober, daripada perkiraan 0,1%. Angka-angka bulan September juga direvisi untuk menunjukkan penurunan hanya 2,9%, bukan 4,0% yang dilaporkan sebelumnya.
Angka-angka tersebut masih meninggalkan data ekonomi tersebut dalam jalur penurunan kuartal ke kuartal, meskipun penurunannya tidak sebesar yang dikhawatirkan.
GBP/USD naik 0,1% ke 1,2194, rebound setelah jatuh 0,9% Senin kemarin, sementara USD/JPY naik 0,3% di 137,19.
AUD/USD naik 0,4% di 0,6725 pasca Reserve Bank of Australia menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, seperti yang diharapkan luas, tetapi juga mengisyaratkan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Bank memperingatkan Inflasi Australia masih jauh dari perlambatan, yang kemungkinan akan memerlukan lebih banyak kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
USD/CNY naik 0,5% menjadi 6,9951, mendekati level 7 per dolar yang dipantau cermat di mana trader masih menunggu pelonggaran kebijakan ketat zero-COVID secara nasional.
Fokus minggu ini akan tertuju data perdagangan China, pada hari Rabu, untuk mengukur bagaimana ekonomi bertahan melalui peningkatan pembatasan COVID dalam sebulan terakhir.